Friday, February 27, 2004

Makanan Penjudi

Lidah Melayu saya tak biasa mengecap sandwich. Tapi tinggal di Eropa memaksa saya untuk sesekali melahap roti tawar berlapiskan daging, keju dan aneka sayuran itu. Ia banyak dijajakan di rak-rak makanan dalam jangkauan tangan dan saku. Maka bila perut melilit, kucicip juga makanan ini dengan mata setengah terpicing.

Ada yang menyebut jenis makanan ini sudah muncul sejak abad pertama sebagai makanan para rabbi Yahudi. Tapi belakangan saya tahu, sandwich memang dari Inggris. Ia diambil dari nama sebuah kota kecil bernama Sandwich di daerah Kent, tak jauh dari London. Dulunya, kota kecil ini adalah sebuah kerajaan. Nama Sandwich sendiri, kata para sejarawan, berasal dari bahasa Saxon berarti sandy place, karena kota ini berada di bibir pantai berpasir.

Di sana ada Restoran Londonís Beef Steak Club, rumah makan dan tempat berjudi yang pertama kalinya menyajikan menu roti berlapis daging, keju dan aneka pilihan sayuran di dalamnya. Sandwich adalah kreasi seorang koki restoran ini untuk John Montague, bangsawan yang hidup di tahun 1718-1792.

Montague seorang penjudi kelas kakap. Ia bisa menghabiskan berjam-jam bertaruh di meja judi di restoran ini -- lupa pulang, lupa segalanya, bahkan ia enggan bangkit untuk sekadar bersantap malam. Akhirnya, pada suatu hari di tahun 1762, Montague yang tak mau meninggalkan kursi panasnya minta dibuatkan makanan berupa roti berlapiskan daging yang bisa ia kunyah sembari melempar kartu. Esoknya, ia memesan makanan yang sama. Akhirnya koki restoran menjadikan makanan ini menu khusus buat sang bangsawan.

Para penjudi kakap lain yang sama parahnya juga memesan makanan yang dengan sikap takzim mereka sebut: "seperti makanan yang dikunyah penguasa Sandwich". Lama kelamaan, berjudi sampai lupa waktu dan makan daging dalam lapisan roti dengan bangga mereka sebut Sandwich Style. Lalu seiring dengan perjalanan waktu, jenis makanan ini hanya disingkat sandwich saja.

Tujuh puluh tahun kemudian, Elizabeth Leslie, seorang penulis buku kuliner di Amerika, menerbitkan buku menu masakan, salah satunya tentang sandwich. Makanan ini kemudian popular di Amerika terutama di kalangan pekerja dan anak-anak sekolah karena kemudahan meraciknya. Apalagi kemudian di awal abad 20, roti iris tawar untuk sandwich sudah banyak dijual, membawa jenis makanan ini pada puncak popularitasnya.

Kini, sandwich jadi makanan umum dengan banyak varian dan rasa. Salah satu turunannya yang terkenal adalah hamburger. Satu yang pasti, ia tak kunjung bersahabat dengan lidahku -- lidah yang biasa berpedas-pedas dengan sambal, berasin-asin dengan ikan kering, dan berdecap-decap oleh kuah berlemak.

Friday, February 13, 2004

Bocah Lelaki di Taman Kensington

Sudah hampir seabad lamanya ia berdiri beralaskan perunggu, dengan tubuh sedikit memilin ke kiri dan sebelah tangan memegang tongkat kecil bercabang. Sekujur tubuh dan busananya berwarna legam. Anak-anak bermain di kakinya sembari merenda angan-angan tentang sebuah negeri antah-berantah bernama Neverland.

Peter PanDi pinggir danau The Serpentine yang membelah Kensington Garden, Minggu sore itu, saya bertemu dengannya: Peter Pan, jiwa lelaki yang selamanya bersemayam di tubuh anak-anak. Dalam kisah J.M. Barrie (1860-1937), dialah bocah kecil yang tak kunjung dewasa. Ia tinggal di Neverland. Ia tak sendiri di sana, ada sahabat-sahabatnya Wendy, John, Michael dan juga peri baik hati Tinkerbell. Tapi ia punya musuh abadi, si bajak laut serakah Kapten Hook.

Peter Pan di taman Kensington memang hanya sebuah patung pahat perunggu, tapi tentu semua anak di dunia mengenalnya dalam cerita J.M. Barrie tadi, The Adventures of Peter Pan. Maka ribuan anak berkunjung ke sana setiap tahun.

Patung pahatan Sir George Frampton ini, disumbangkan Barrie sendiri pada awal Mei 1912. Barrie sendiri ikut menyaksikan peletakan patung yang dikebut dalam semalam, agar esok harinya, anak-anak yang berkunjung ke Kensington Garden mengira Peter Pan sendiri yang muncul dengan ajaib dan membatu di situ.

Patung Peter Pan ditempatkan di tengah taman, tak jauh dari Kensington Palace karena di sinilah cerita itu bermula. Syahdan, suatu hari di tahun 1904, Barrie yang tengah berjalan-jalan, bertemu lima bersaudara keluarga Llewellyn Davies. Mereka tampak muram, maka Barrie berdongeng tentang seorang anak yang tak pernah dewasa. Keluarga Davies itulah yang pertama mendengar cerita tentang Peter Pan.

Cerita itu tak datang begitu saja, tapi dari sebuah kisah pedih Barrie sendiri. Seorang saudaranya meninggal di usia 14 tahun. Ia mengabadikan kenangan itu dan menjadikannya nyata dalam cerita tentang bocah yang tak kunjung dewasa.

Kisah ini amat disukai anak-anak, bahkan juga orang dewasa. Megabintang pop Michael Jackson salah satu di antaranya. Ia membangun istana megah dengan taman bermain untuk anak-anak di rumahnya di Beverly Hills, istana yang dengan bangga dinamainya Neverland Ranch. Sang bintang kerap mengandaikan dirinya sebagai Peter Pan yang bisa tidur berdempetan dengan bocah-bocah lain dalam sebuah kamar kecil di negeri impian Neverland. Boleh jadi, itulah yang terjadi di balik tuduhan pelecehan anak-anak bagi Jackson, hari-hari ini.

Kisah Peter Pan juga tampil dalam banyak film sejak 1924. Salah satunya adalah karya Steven Spielberg tentang Hook di tahun 1991. Film yang dibintangi Robin William, Dustin Hoffman, Julia Robert dan Bob Hoskins ini mendapat nominasi 5 Academy Award. Film terakhir tentang Peter Pan adalah animasi Walt Disney bertajuk Return to Neverland yang dibuat tahun 2002.

Selama tiga bulan sejak Desember 2003 lalu, Savoy Theater London juga menampilkan kisah Peter Pan. Saya tak berencana untuk menonton pertunjukan ini. Cukuplah ke tepi danau di tengah Kensington Garden, duduk di undakan batu di bawah Peter Pan seraya menikmati semilir angin danau, cerucut tupai, dan kepak sayap aneka burung.

Thursday, February 05, 2004

Karena Senyummu Sampai ke Victoria

Setiap kali engkau melangkahi ambang rumahmu, tersenyumlah dan jangan pernah berkerut muka. Dengan begitu, hanya senyummu --dan bukan kerut mukamu-- yang sampai ke Victoria.

Ruang Kontrol CCTVItu nasehatku untuk mereka yang bermukim di kota London. Di kota ini, di setiap jengkal kaki melangkah, ada kamera sirkuit (closed circuit television). Di balik kerimbunan pohon, di ujung kelok jalan, di atas bis, kereta dan tube, di depan kasir-kasir toko dan rumah makan.

Di seluruh Inggris, ada 4,3 juta kamera tersembunyi, sebagian besar di antaranya di kota London. Satu kamera untuk setiap 14 penduduk. Segenap gambar yang dihasilkan mata-mata elektronik ini, terekam, dan bisa terlihat di ruang kontrol besar -- salah satunya di sebuah pojok Stasiun Victoria di Central London.

Bisa dibayangkan adegan ini sehari penuh: saya, melangkah menyusuri Ronver Road, berdiri di halte Baring Road menunggu bis ke New Cross. Mungkin saya singgah di perpustakaan, menggesek kartu di pintu depan, lalu keluar lagi. Hari masih siang, belum saatnya untuk pulang. Saya akan berdiri di halte New Cross Road menunggu bis gandeng yang resik untuk menuju Central London. Berputar-putar, keluar masuk museum dan toko serba ada, singgah di China Town, lalu hari beranjak petang. Agar tak terlalu menyita waktu, saya menuju Stasiun Charing Cross, dan berkereta sampai ke Stasiun Lee, 500 meter dari rumah. Saya pun berjalan pulang.

Seluruh adegan itu adalah sebuah film tak resmi. Di ujung Ronver Road, di halte, di perpustakaan, di atas bis gandeng, di museum dan toko serba ada, di China Town, di stasiun --ada kamera mengintai dan merekam jejak saya. Ada yang memperkirakan bahwa untuk sebuah kegiatan penuh dalam sehari, seorang yang tinggal di London akan terekam dalam 300 kamera berbeda di berbagai tempat yang didatanginya. Jika setiap kamera merekam gambar dalam durasi satu menit, maka setiap hari, ada film dengan aktor Melayu seperti saya dalam film sepanjang 5 jam!

Karena itulah, di sepanjang hari, saya harus menjaga senyum tetap tersungging --karena senyuman saya akan sampai ke Victoria.

Mengapa begitu banyak kamera? Ya, keamanan. Kota ini sungguh memendam ketakutan berlebihan pada teror, pada kejahatan jalanan. Professor Clive Norris, wakil direktur Pusat Riset Kriminologi di Sheffield University menyebut Inggris sebagai "negara paling terawasi di dunia". Tak sejengkal tanah lepas dari mata-mata elektronik itu.

Kamera sirkuit sebenarnya sudah ada di Inggris pada 1950. Tapi selama puluhan tahun pemakaiannya masih terbatas untuk mengawasi lalu-lintas di kota-kota di Inggris, dan dalam jumlah kecil dipasang di tempat-tempat penting seperti instansi militer dan bank. Pada bulan Agustus 1993, sebuah bom diledakkan di Bishopgate London oleh pemberontak Irlandia Utara, memaksa pemerintah Inggris membentuk Lingkaran Baja di sekitar kota London. Lingkaran Baja ini termasuk di dalamnya penerapan penuh kamera pengintai.

Setahun kemudian, di bawah Perdana Menteri John Major, 1994 pemerintah Inggris meluncurkan program CCTV: Looking Out for You. Selama tiga tahun, Inggris membelanjakan 38 juta pounds untuk program pengadaan kamera ini. Kendati, sejak awal, sang perdana menteri sadar,"Akan ada yang menyatakan keberatan dengan alasan ancaman pada kebebasan sipil. Tapi saya tidak simpati pada kebebasan yang begitu." Dan benar, di tahun 1997, serangkaian unjuk rasa digelar warga Inggris menentang pemasangan sedemikian banyak kamera sirkuit.

Tapi seusai peristiwa 11 September, ketakutan akan teror menimbulkan ledakan besar pemakaian kamera sirkuit. Toko kelontong dan banyak rumah pun memakainya, berpadu dengan alarm darurat. Polisi Transportasi Inggris bahkan mengontrol 1.400 kamera di kereta bawah tanah dan 1.800 kamera di atas kereta biasa.

Dalam banyak kasus, kamera ini menolong aparat keamanan untuk mengungkap kejahatan, menemukan jejak orang hilang, atau sekadar menandai kendaraan pelanggar lalu-lintas. Tapi tidak sedikit pula adegan intim di jalan dan taman-taman yang terekam --entah dinikmati para penjaga ruang kontrol di Victoria atau tidak.

Untunglah, ada Data Protection Act yang melindungi hasil rekaman untuk diakses orang lain di luar kepentingan penyelidikan untuk kejahatan. Kendati begitu, kamera-kamera ini tetap saja terasa seperti mata-mata yang menempel di kuduk.

Karena itulah, setiap kali melangkah keluar dari ambang rumah, jangan pernah lupa menyisakan sesungging senyuman di bibir --agar senyumanmu itu, dan bukan kerut mukamu, semenarik mungkin sampai ke Victoria.

Teringat kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia: "Ilmu pengetahuan semakin banyak melahirkan keajaiban. Dongengan leluhur sampai malu tersipu. Tak perlu lagi orang bertapa bertahun untuk dapat bicara dengan seseorang di seberang lautan. Orang Jerman telah memasang kawat laut dari Inggris sampai India! Dan kawat semacam itu membiak berjuluran ke seluruh permukaan bumi. Seluruh dunia kini dapat mengawasi tingkah-laku seseorang. Dan orang dapat mengawasi tingkah-laku seluruh dunia."

Wednesday, February 04, 2004

Catatan Harian Seorang Politikus

" ÖÖ. Has anyone else got ideas/recommendations for what I should do? The landlord wants me out in the next couple of weeks so it's fairly urgent." Tulisan bertanggal 3 Februari 2004 ini saya kutip dari blog Tom Watson, anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh yang mewakili daerah West Bromwich. Posting ketiga hari itu. Di baris terakhir, ada fasilitas bagi pengunjung blog ini untuk berkomentar, memberi saran, sekadar memberi dukungan atau bahkan menghujatnya.

Blog atau catatan harian di internet, kini menjadi media komunikasi yang laris bagi para politikus Inggris. Dan Tom Watson adalah pionirnya. Ia membuat blog sendiri pada bulan Maret 2003, dan berjanji akan menyediakan waktunya setiap pagi untuk menyampaikan kabar terbaru lewat blog di internet, memeriksa komentar para pengunjung dan menjawabnya sebisa mungkin.

Langkah Tom Watson diikuti para anggota parlemen lain di Inggris. Richard Allan, anggota parlemen dari Partai Demokrat yang mewakili daerah Sheffield Hallam membangun blognya pada bulan Juni 2003. Ia memperbaruinya beberapa kali sehari.

Kini, hampir seluruh anggota parlemen Inggris memiliki blog sendiri. Ruang-ruang kerja mereka tak perlu lagi dipadati mereka yang datang berkeluh-kesah tentang pajak, uang kuliah, pembangunan, dan lain-lain. Katakan lewat blog.

Pekan-pekan ini, isi blog mereka ramai oleh dua topik: kenaikan uang kuliah di Inggris dan perseteruan pemerintah Tony Blair dengan BBC. Ke sana pulalah segala aspirasi penduduk melek internet diarahkan. Tidak heran jika the Guardian kemudian menggelar Political Weblog Awards. Dan blog Tom Watson menjadi salah satu nominasinya.

Bukan di Inggris saja, rupanya. Di Amerika Serikat, calon presiden dari Partai Demokrat, Howard Dean, bahkan membuat blog untuk kampanye. Blog for America diluncurkan Howard Dean pada 15 Maret 2003. Setelah Howard Dean, juga disusul kandidat presiden Partai Demokrat lainnya seperti Wesley Clark. Dan, tentu tak ketinggalan sang kandidat terkuat John Kerry. Sebuah jajak pendapat nasional pekan ini menempatkan sang sahibul blog di urutan teratas calon presiden Amerika dalam pemilu mendatang.

Dari Partai Republik, blog kandidat yang terkenal adalah milik Presiden George W. Bush. Bush meluncurkan blog bertajuk Bush-Cheney '04 pada 6 Oktober 2003. Blog ini juga diperbarui setiap pagi, termasuk catatan mengenai rencana perjalanannya hari itu, dan perasaan-perasaannya.

Begitulah -- blog, catatan harian di internet yang banyak dimiliki para remaja itu, kini menjadi media politisi.

Padahal, meski model blog sudah ada sejak tahun 1993, istilah ini baru digunakan pertama kali pada bulan Desember 1997 oleh Jorn Barger, seorang Amerika lewat blognya Robot Wisdom Weblog. Jorn Barger menyebut weblog untuk situs yang dimiliki dan dikelola secara pribadi, diisi dengan pengalaman berkelana di internet, dan disertai komentar-komentar singkat. "Weblog adalah percakapan warung kopi dalam bentuk teks dengan sejumlah referensi," tulis kolomnis yang tinggal di San Fransisko, Rebecca Blood.

Blog boleh jadi merupakan kelanjutan dari situs pribadi. Bedanya, situs pribadi lebih banyak diisi dengan profil, foto-foto dan isinya cenderung tidak diperbarui dalam waktu lama.

Mudah dan cuma-cuma membuat blog dengan cepat populer terutama di kalangan remaja. Mereka menutup buku catatan harian dan menggantinya dengan blog. Isinya: dari kejengkelan pada teman, jatuh cinta, sampai impian-impian.

Peristiwa 11 September 2001 menandai babak baru pertumbuhan blog. Amerika Serikat kalang kabut dan menyerang Afganistan, lalu Irak. Oleh mereka yang menentang perang, blog beralih menjadi media untuk menyuarakan kemarahan yang tak tersalurkan kepada George Bush dan Amerika.

Tidak heran jika blog bertumbuh paling cepat pasca tragedi World Trade Center. Blogger yang terkenal saat itu adalah Salam Pax, seorang pemuda Irak berusia 29 tahun. Ia berada di Baghdad ketika Amerika menyerang Irak pada bulan Maret 2003. Ketakutan-ketakutannya ia tuliskan di blog yang semula ia tujukan untuk berkabar kepada sahabatnya, Raed, 25 tahun, yang tengah berada di Jordania. Blog berjudul Where is Raed itu tak dinyana menuai pengunjung yang sangat banyak: lebih dari 200.000 hit setiap hari pada awal Perang Irak. Blog Salam Pax mengingatkan orang pada catatan harian Anne Frank pada zaman Perang Dunia I.

Koran terbesar Inggris, the Guardian, kemudian mengundangnya menjadi penulis kolom tetap. Isi blog Salam Pax juga diterbitkan dalam bentuk buku, Salam Pax: the Baghdad Blog, salah satu buku laris di situs Amazon.

Kini, blog dianggap sebagai gambaran masa depan umat manusia, ketika semua orang memiliki pekarangan di dunia maya yang terhubung ke manusia lain di muka bumi.

Lembaga survei dari Amerika Serikat, Perseus, menyebutkan, saat ini terdapat lebih dari lima juta blog di internet, 4,12 juta di antaranya ada di delapan situs penyedia layanan blog: Blog-City, BlogSpot, Diaryland, LiveJournal, Pitas, TypePad, Weblogger dan Xanga. Sekitar 92 persen pemiliknya berusia di bawah 30 tahun, dan lebih dari setengahnya adalah perempuan. Perseus meramalkan, pada tahun 2004 ini, jumlah blog akan tumbuh dua kali lipat, menjadi 10 juta blog.

Bagaimana dengan Indonesia? Indo Blog, kumpulan para blogger Indonesia mencatat alamat 75 anggota. Axis Mediatama, perusahaan di Jakarta yang mengelola situs Doneeh.Com yang menyediakan secara gratis aksesori untuk blog seperti fasilitas untuk berkomentar memiliki 5.278 anggota. Di luar itu tentu masih banyak, tapi setidaknya begitulah gambaran perkembangan media ini.

Hanya saja, tampaknya politisi kita belum menganggap blog sebagai media yang efektif untuk berkomunikasi. Sejauh ini, saya belum menemukan adanya blog seorang anggota DPR. Begitu juga para calon presiden yang kini tengah menggalang dukungan. Amien Rais, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid memang sudah memiliki situs pribadi, tapi belum masuk kategori blog.

Situs mereka belum memberi ruang bagi pengunjung untuk bersahut-sahutan dengan sahibul situs dan tak menuliskan perasaan-perasaan pribadi sang empunya -- yang membuat rakyat tahu benar hari-hari calon pemimpinnya.

Monday, February 02, 2004

Penumpang Gelap Google

Sekilas, tampilan mesin pencari ini mirip Google. Hurufnya warna-warni, latarnya putih. Yang istimewa, tandem huruf "o" pada situs ini didesain seperti -- maaf -- payudara. Bila hasil pencarian panjang, ia akan mulur memanjang -- lagi-lagi seperti "o" pada Google.

Situs ini adalah Booble, mesin pencari segala situs dan kandungan porno di internet. Booble diluncurkan 20 Januari lalu oleh seorang bekas petinggi perusahaan internet di New York. Ia hanya memperkenalkan diri sebagai Bob.

Dan itulah yang membuat Google marah besar, ia bukan anak perusahaan sang raja mesin pencari ini. Tim hak cipta Google menganggap Booble mendompleng ketenaran situs mereka dan meminta mesin pemandu porno ini segera ditutup. Dalam surat elektronik yang dikirimnya tim Google menuduh Booble telah meniru tampilan Google, dan -- celakanya -- citarasa Google terasa di dalamnya.

Tak kurang dari Martin Schwimmer, pengacara khusus merek dagang dan nama domain dari New York yang menganggap Booble melanggar hak cipta perusahaan lain. Paling tidak, "Ia mengambil logo, menggunakan tata-letak, meniru warna latar dan huruf-huruf Google untuk usaha mesin pencari," kata Schwimmer kepada Internet News. Kasus ini tampaknya akan berlanjut ke pengadilan.

Reputasi Google yang besar dan pemakaiannya yang luas di internet, rupanya membuat Bob tergiur ikut menumpang. Google memang raja mesin pencari, salah satu imperium di dunia maya yang belum tertandingi oleh Microsoft sekali pun.

Ia dibuat setengah iseng oleh dua anak muda dari Stanford University, California di tahun 1998. Larry Page, kini 31 tahun dan Sergey, kini 30 tahun, semula tak serius benar ketika mencoba melakukan pendekatan baru dalam mesin pencari mereka. Jika mesin pencari yang sudah ada seperti Lycos, AltaVista, bahkan Yahoo masih sekadar menggunakan kata kunci, kedua anak muda ini menambahkan hal baru: pencarian dengan pemeringkatan berdasarkan banyaknya link ke situs tersebut. Ini memungkinkan orang menemukan situs yang ditujunya terpampang di deretan paling atas hasil pencarian.

Larry dan Sergey melihat potensi besar model pencarian itu. Mereka menamai situs mesin pencari itu Google, plesetan dari kata googol, nama yang merujuk pada sebuah bilangan yang teramat besar, berupa "angka 1 diikuti seratus angka 0". Kata ini diperkenalkan pertama kali oleh Milton Sirotta, seorang perempuan Amerika.

Kedua anak muda ini rupanya hendak menjadikannya simbol bagi misi situs mereka yang menelisik ranah internet yang menghampar luas seperti padang tanpa batas. Di sana ilmu tak terhitung, jarak tak terukur, kabar tak tertakar, dan lelucon tak alang kepalang. Dan juga kejutan.

Dengan modal urunan dari keluarga, kerabat dan pinjaman sana-sini, pada 7 September 1998, Larry dan Sergey membuka kantor sewaan mereka di Menlo Park, California. Kantor itu hanya berupa sebuah ruangan kecil yang menempel pada garasi, dengan fasilitas lain berupa mesin cuci, pengering dan bak mandi. Juga ada ruang parkir mobil untuk karyawan pertama mereka, Craig Silverstein. Dengan demikian, Google Inc. dibuka dengan tiga karyawan: Larry, Sergey dan Craig.

Tak dinyana, Google membesar. Di hari-hari awal, Google sudah menjawab 10.000 pencarian setiap harinya. Media mulai meliriknya sebagai debutan yang menawarkan mesin pencari dengan pendekatan baru yang menjanjikan. Bulan Desember 1998, PC Magazine memasukkan Google dalam 100 Situs dan Mesin Pencari Terbaik tahun 1998.

Sejak itu, Google tak tertahankan lagi oleh para pesaingnya. Ia, bersama lisensinya, kini menguasai 70 persen pangsa mesin pencari di internet. Setiap hari Google menjawab lebih dari 200 juta pencarian. Gudang data Google juga telah menjangkau 3 miliar situs dan lebih dari 425 juta gambar. Menurut ACNielsen, setidaknya 73,7 juta pengguna internet masuk ke Google setiap bulan, menjadikannya satu dari 10 situs paling populer di dunia maya. Fasilitas pencarian dalam 88 bahasa dan tawaran hasil dalam 35 bahasa, membuat Google benar-benar mendunia -- lebih dari separuh pengunjungnya dari luar Amerika.

Larry dan Sergey, dua anak muda bertalenta besar itu pun kini menjadi kaya-raya. Mereka kini berkantor di sebuah gedung besar di salah satu pojok Mountain View di San Fransisco, mempekerjakan lebih dari 1.000 karyawan, 60 di antaranya bergelar Ph.D, gelar yang mereka sendiri belum dapatkan.

Google yang kini memiliki 21 kantor di seluruh dunia, bahkan telah membajak Dr. Eric E. Schmidt salah seorang bos Novell dan juga bekas petinggi Sun Microsystem untuk dipekerjakan sebagai Direktur Utama Google. Larry dan Sergey sendiri sekadar duduk sebagai direktur.

Didukung tim manajemen yang kuat, Google kini tak lagi sekadar mesin pencari, ia juga padat fasilitas: dari memeriksa ejaan (spell-checker), menerjemahkan teks-teks dalam situs yang ditemukannya dalam berbagai bahasa, sampai menampilkan berita terbaru di GoogleNews.

Google juga membuka sebuah mesin pencari baru, Froogle, untuk para pembelanja di internet yang hendak berkelana mencari barang di aneka situs dagangan. Selain itu, ia telah menjadi raja situs untuk blog setelah mengakuisisi Blogger dari Pyra Labs, setahun silam ñ situs tempat saya menuliskan artikel ini.

Kendati sudah sedemikian tenar, Google toh tak melupakan keceriaan dua penemunya, Larry dan Sergey. Sebuah situs lucu, Googlism mereka luncurkan pertengahan tahun 2003. Situs ini adalah "mesin pencari dalam mesin pencari" -- ketikkan sebuah nama, ia akan memunculkan segala kata yang disimpulkan Google tentang nama itu.

Tapi kemudian si Booble datang dengan payudara huruf o-nya yang bisa mulur sepanjang situs porno, dan membuat Google murka.