Angin Antartika yang ditunggu-tunggu itu pun tiba di London. Tengah malam, butir-butir putih berluruhan melewati jendela kamar. Pagi tadi, pucuk-pucuk rerumputan di Northbrook Park, taman bermain anak-anak di sudutnya, dan mobil-mobil yang masih terparkir di badan jalan, memutih seperti berselubung kapas. Tipis, tapi inilah pertanda angin dari benua es Antartika telah tiba di London.
Udara tepat di titik nol, tapi ramalan cuaca menyebutkan, angin membuat udara terasa seperti minus enam di luar rumah. Langit amatlah bersihnya, matahari bersinar seperti tiada perintang. Dan sejak pagi-pagi benar, mobil kebersihan taman berkeliling menaburkan garam coklat agar salju tak melicinkan jalan beraspal.
Saya menyambut hari pertama salju di London dengan segelas cappucino dan semangkuk kecil sereal.
Di luar London tentu jauh lebih dingin. Di daerah Yorkshire dan Lincolnshire, salju bahkan menyebabkan kecelakaan bis. Di Scotland dan Northern Ireland, salju menebal sampai 15 sentimeter.
Dibanding tahun-tahun silam, tahun ini cuaca London relatif bersahabat. Seperti hari ini, salju hanya meluruh tengah malam hingga pagi hari, lalu cahaya matahari kembali menguapkannya. Tapi beranjak siang, butir-butir putih itu kembali meluruh amat lebat -- juga teramat indahnya. Malam hari, salju seperti ditumpahkan dari langit. Ronver Road tertutupi sampai setebal lima buku jari. Tetangga berteriak, maklum, salju tidak setia datang ke London setiap tahun. Puncaknya diperkirakan pada hari Sabtu, tiga hari lagi.
Meski diramalkan tidak akan menjadi badai, pemerintah setempat mengeluarkan peringatan: salju bisa menyebabkan kerugian senilai jutaan pounds akibat membekunya pipa-pipa gas kendati mereka telah menyiapkan ribuan ton garam untuk mencairkan salju di jalan-jalan. Itu bisa dialami satu dari lima rumah tangga. Pekan ini, seperti diberitakan BBC, British Gas meramalkan akan menerima 20.000 panggilan darurat. Tahun lalu, hari terdingin yang terjadi pada 8 Januari 2003, British Gas menerima 15.000 panggilan.
Salju di London memang menyenangkan, meski punya sejarah kelam dan belum dilupakan warga kota ini. Setelah musim dingin yang sangat beku di tahun 1740, musim terdingin di abad 20 di London dan seluruh Inggris adalah di tahun 1962-1963.
Topan salju dan angin dingin datang di tengah kegembiraan berbagi kado di Boxing Day, sehari setelah Natal 1962. Tapi itulah awal hari terpanjang London berselimutkan salju. Tiga bulan lamanya London seperti beku. Hamparan es mengambang di sungai-sungai dan danau. Orang-orang bermain ski di hulu Sungai Thames. Salju juga menyebabkan 400 pertandingan sepakbola ditunda.
Musim dingin dengan salju berat yang juga masih diingat warga kota ini terjadi tahun 1991. Saat itu sekolah-sekolah diliburkan. Pusat belanja Bluewater yang berisi 300 toko dan restoran dan didatangi sampai 80.000 pengunjung setiap hari, ditutup untuk umum.
Akibat terbesarnya tentu saja pada lalu-lintas darat dan udara. Jalan yang melicin menjadi biang kecelakaan, dan kendaraan-kendaraan lebih banyak terperangkap macet. Jalur kereta api lebih kacau lagi gara-gara penundaan dan penutupan jalur. Heathrow, lapangan terbang tersibuk di dunia itu membatalkan ratusan pendaratan dan penerbangan dalam sehari.
Untunglah, tahun ini salju diramalkan tak seberat itu. Dengan begitu, saya tentu bisa menikmatinya dari kamar: luruhan butir-butir putih di jendela, sembari menikmati segelas cappucino di pagi hari.
arungtasik@any-mail.co.uk
Wednesday, January 28, 2004
Butir-Butir Putih yang Melintas di Jendela
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment