Hingar bingar Euro 2004 berhenti di seluruh Inggris ketika David Beckham dan kawan-kawan mengepak koper untuk pulang. Segenap gegap gempita itu hanya sampai detik terakhir drama adu pinalti Inggris lawan tuan rumah Portugal di perempat final Kamis lalu. Setelah itu, segenap rutinitas kembali seperti biasa.
Padahal, baru beberapa hari sebelumnya segenap toko busana seperti menggelar bazaar pakaian bertuliskan England dengan gambar bendera putih bersilang merah. Juga dua macam kaos resmi tim nasional Inggris yang tak murah, laris bak kentang goreng, terutama untuk nomor punggung 7 milik sang kapten, David Beckham dan nomor 9 punya si bongsor Rooney. Petak-petak depan koran Inggris seperti iklan bagi busana-busana resmi itu.
Tapi turnamen itu telah berhenti kini. Tak terlihat lagi orang-orang bergegas ke bar atau pulang ke rumah menjelang kick-off pukul 5 atau 7.45 sore menyaksikan bal-balan British berlaga di layar televisi. Berita terakhir yang saya baca hanya menyebutkan, tulang jari kaki Rooney keseleo dan membutuhkan masa istirahat selama sebulan. Kaos putih tim Inggris yang saya beli di Lilywhites belum lagi terpercik peluh karena tim ini keburu terjungkal.
Membaca koran-koran Inggris, terasa benar betapa di negeri ini media begitu mudah memuja seorang bintang, tapi dalam sekejap juga bisa membantingnya ke dasar lumpur. Tak usahlah bercerita tentang Beckham yang dianggap biang kegagalan tim. Sebuah media pernah menyebutnya "wajah paling dikenal di dunia setelah Yesus". Tapi wajahnya kini jadi bahan olok-olok para kartunis dengan aneka ekspresi.
Lalu Rooney, ia sempat mengecap puja-puji. Tiga hari wajah dan ekspresi girangnya menyita sampul depan seluruh koran Inggris ketika tampil gemilang mencetak empat gol ke gawang Swiss dan Latvia di babak awal. Media-media Inggris sepakat menyebutnya "the new Pele", julukan yang mengundang tawa pelatih Portugal asal Brazil, Luis Felipe Scolari. "Pele itu tidak dilahirkan lagi dalam 1000 tahun. Bahkan tidak akan ditemui dalam game komputer sekali pun," kata Scolari sinis.
Benar, setelah kekalahan Inggris, nama Rooney tak kerap lagi disebut. Pemain Everton di kota Liverpool ini hanya dikabarkan harus istirahat sebulan.
Dan turnamen Euro 2004 pun berhenti di Inggris, kendati siaran langsung seluruh partai di kejuaraan besar ini tetap ditayangkan. Saya yang bukan penggila bola mulai menikmatinya. Setiap pukul 7.45, ketika matahari masih sedang terik-teriknya, saya sudah anteng di depan televisi. Saya menikmati saja semuanya, dan lebih banyak menggumamkan dukungan untuk tim-tim underdog, karena saya mungkin hanya bisa histeris jika Indonesia juga berlaga di tingkat dunia. Kenikmatan itu terasa lengkap tatkala Susilo, wartawan BBC London yang meliput babak awal Euro 2004 pulang dari Portugal dengan buah tangan dua kaos: Euro 2004 dan Hard Rock Cafe Lisbon.
Pada final Euro 2004, 4 Juli besok, saya akan berada di Paris. Tentu kaos Euro 2004 itu akan saya kenakan seraya mendukung tim kecil yang berlaga di final.
Sunday, June 27, 2004
Keseleo Kaki Bintang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment