Kaki Hugh Grant terulur keluar dari pintu London Cab (taksi kota yang bertampang tua), dan Leicester Square pun meledak. Gadis-gadis muda London yang menyemut di pagar pembatas depan Odeon Theatre berteriak histeris. Dan Hugh, dengan senyumnya yang memikat -- di dalam dan di luar film -- melangkah ke deretan gadis-gadis yang sudah bersiap dengan kertas dan pulpen. Dalam balutan kemeja biru laut dan jas hitam, Hugh seperti dibungkus cahaya lampu kilat kamera yang tak henti berkeredap.
Karin, istriku, tak mampu menahan haru. Ia, yang lama memendam keinginan melihat aktor ini hanya menggumam: "Saya melihatnya dengan kepalaku sendiri," katanya. Ia berdiri dengan kaki menjejak dua bibir jambangan bunga di depan Radisson Hotel, bersama sejumlah orang. Saya berdiri di bawah menjaganya.
Tapi kemudian, ia melompat juga, ia tampak sedikit menyesal tidak ikut berkerumun di depan pagar itu: tempat Hugh menyampiri orang-orang yang memberi salam hangat. Saya kemudian menggantikannya, naik ke bibir jambangan, dengan tubuh sedikit gemetar oleh udara London yang 10 derajat Celcius.
Minggu 16 November 2003, memang dinanti remaja London dengan sangat antusias. Hari itu, pemutaran perdana film Love Actually di London dihadiri para bintangnya yang berasal dari Inggris. Dalam film itu Hugh Grant yang berperan sebagai perdana menteri yang ganteng, berpasangan dengan tea-lady Martine McCutcheon.
Saya, yang masa kecilnya dihabiskan dengan menonton video pendekar satria bergitar, Rhoma Irama dan film kocak Warkop, bukan orang yang hafal nama-nama para bintang film. Saya tahu Hugh Grant karena Karin pernah menyetel film Notting Hill di rumah kontrakan di Tebet, dulu. Di film itu, Hugh Grant berpasangan dengan Julia Robert. Tapi saya menikmati film itu.
Dan kesempatan untuk bertemu Hugh Grant datang, dua pekan setiba saya di London. Sepekan sebelumnya, kota London memang sudah demam Love Actually. Di halte, di televisi, koran-koran, sudah penuh poster film itu. Pukul tiga sore, sejam menjelang buka puasa, dengan bis kami menuju Leicester Square, sekitar 100 meter dari Trafalgar Square. Tiba setelah buka puasa, tempat itu sudah dipenuhi para a-be-ge London. Pagar setinggi satu meter yang dijaga ketat polisi sudah terpasang.
Karpet merah terhampar sampai ke pintu Odeon. Dan di ujungnya, fotografer tampak berjejer dengan kamera seperti tumpang tindih. Di dekat pintu, wartawan televisi sudah bersiap dengan mike berbalut bulu terjulur, berharap satu dua kalimat bisa tertangkap dari para artis Hollywood berdarah Inggris ini.
Saya kemudian ke McDonald, beli segelas teh (75p), sekadar pengganjal perut buka puasa buatku dan Karin. Setelah lebih sejam menunggu -- dihibur lagu-lagu soundtrack film Love Actually oleh delapan penyanyi di balkon Odeon, prosesi itu dimulai.
Para aktor dan aktris film berdatangan. Ada Martine McCutcheon, Hugh Grant, sutradara Richar Curtis dengan pasangannya Emma Freud, dan banyak lagi. Yang menarik perhatian saya tentu si Bill Nighy yang dalam film berperan sebagai rocker gaek. Ia datang dengan kostum persis di film, diiringi para penyanyi latarnya, enam gadis berbusana meriah: merah dengn bulu wol di tepiannya.
Kian malam, penonton kian berkurang. Yang datang pun tidak lagi mengundang histeria gadis-gadis. Satu aktor yang amat saya senangi ternyata tidak datang: Rowan Atkinson, pak tua bermental kanak-kanak dalam komedi Mr. Bean itu. Tapi sudahlah, saya sudah menikmati salah satu kemeriahan warga kota ini. Kami pulang malam itu dengan senyum yang tetap mengambang sampai London kembali berselimutkan embun pagi.
Sunday, November 16, 2003
Love Actually Premiere
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment