Friday, February 27, 2004

Makanan Penjudi

Lidah Melayu saya tak biasa mengecap sandwich. Tapi tinggal di Eropa memaksa saya untuk sesekali melahap roti tawar berlapiskan daging, keju dan aneka sayuran itu. Ia banyak dijajakan di rak-rak makanan dalam jangkauan tangan dan saku. Maka bila perut melilit, kucicip juga makanan ini dengan mata setengah terpicing.

Ada yang menyebut jenis makanan ini sudah muncul sejak abad pertama sebagai makanan para rabbi Yahudi. Tapi belakangan saya tahu, sandwich memang dari Inggris. Ia diambil dari nama sebuah kota kecil bernama Sandwich di daerah Kent, tak jauh dari London. Dulunya, kota kecil ini adalah sebuah kerajaan. Nama Sandwich sendiri, kata para sejarawan, berasal dari bahasa Saxon berarti sandy place, karena kota ini berada di bibir pantai berpasir.

Di sana ada Restoran LondonĂ­s Beef Steak Club, rumah makan dan tempat berjudi yang pertama kalinya menyajikan menu roti berlapis daging, keju dan aneka pilihan sayuran di dalamnya. Sandwich adalah kreasi seorang koki restoran ini untuk John Montague, bangsawan yang hidup di tahun 1718-1792.

Montague seorang penjudi kelas kakap. Ia bisa menghabiskan berjam-jam bertaruh di meja judi di restoran ini -- lupa pulang, lupa segalanya, bahkan ia enggan bangkit untuk sekadar bersantap malam. Akhirnya, pada suatu hari di tahun 1762, Montague yang tak mau meninggalkan kursi panasnya minta dibuatkan makanan berupa roti berlapiskan daging yang bisa ia kunyah sembari melempar kartu. Esoknya, ia memesan makanan yang sama. Akhirnya koki restoran menjadikan makanan ini menu khusus buat sang bangsawan.

Para penjudi kakap lain yang sama parahnya juga memesan makanan yang dengan sikap takzim mereka sebut: "seperti makanan yang dikunyah penguasa Sandwich". Lama kelamaan, berjudi sampai lupa waktu dan makan daging dalam lapisan roti dengan bangga mereka sebut Sandwich Style. Lalu seiring dengan perjalanan waktu, jenis makanan ini hanya disingkat sandwich saja.

Tujuh puluh tahun kemudian, Elizabeth Leslie, seorang penulis buku kuliner di Amerika, menerbitkan buku menu masakan, salah satunya tentang sandwich. Makanan ini kemudian popular di Amerika terutama di kalangan pekerja dan anak-anak sekolah karena kemudahan meraciknya. Apalagi kemudian di awal abad 20, roti iris tawar untuk sandwich sudah banyak dijual, membawa jenis makanan ini pada puncak popularitasnya.

Kini, sandwich jadi makanan umum dengan banyak varian dan rasa. Salah satu turunannya yang terkenal adalah hamburger. Satu yang pasti, ia tak kunjung bersahabat dengan lidahku -- lidah yang biasa berpedas-pedas dengan sambal, berasin-asin dengan ikan kering, dan berdecap-decap oleh kuah berlemak.

1 comment:

Anonymous said...

mengapa tidak:)