Saturday, January 10, 2004

Tintin di London

Tintin datang ke London setelah tiga-per-empat-abad lamanya ia berkelana. Tidak hanya ke seluruh pelosok bumi, ia juga ke angkasa raya.

Tintin and the gankNational Maritime Museum di Greenwich akan menggelar pameran besar dan lama tentang Tintin pada 31 Maret sampai 4 September mendatang. Temanya: The Adventures of Tintin at Sea. Dan ini kedatangannya yang pertama di kota London, kota yang tak pernah ia singgahi dalam pelbagai petualangan menguak misteri bersama Snowy.

Tintin, wartawan muda petualang dari Belgia itu memang pernah ke Inggris di tahun 1938 dalam seri Rahasia Pulau Hitam. Tapi ia hanya menjejak Skotlandia saat hendak mengungkap percetakan uang palsu di sebuah pulau mercusuar. Toh, penggemarnya begitu banyak di London. ìIni kejutan untuk para pecinta Tintin,î kata Roy Clare, Direktur National Maritime Museum kepada koran the Guardian, tentang pameran di Greenwich itu -- pameran yang akan menghadirkan segala pernak-pernik tentang Tintin.

Hari ini, Sabtu 10 Januari 2004, tepat 75 tahun usia Tintin. Usia yang tak tergambarkan pada wajahnya: wartawan muda berjambul yang cerdik, jenaka dan pemberani. Ya, Tintin, tokoh kartun Belgia yang komik-komiknya telah diterjemahkan ke dalam 60 bahasa di dunia itu berulang tahun hari ini.

Tintin lahir dari tangan komikus Belgia, George Remi yang menggunakan nama Herge dalam karya-karyanya. Petualangan Tintin dimulai pada 10 Januari 1929, ketika ia sebagai reporter koran Le Petit Vingtieme menuju Moskow. Dari Brussel ia berkereta bersama anjing terrier sahabatnya, Snowy. Perjalanan yang menjadi awal petualangan besar Tintin, dan bagi Herge --pengarang, pencipta sekaligus pelukisnya-- adalah awal karir yang sebenarnya. The Adventures of Tintin in the Land of the Soviets, adalah seri Tintin yang pertama, yang sayangnya tak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Boleh jadi, di zaman Soeharto, penerbit Tintin di Indonesia tak berani mengambil resiko mengingat Tintin ke Moskow hendak menyelidiki ihwal Partai Komunis.

Sejak itu, Tintin kemudian menyapa dunia lewat cerita petualangannya di Kongo, Amerika, Mesir, India, Cina, Bolivia, Paraguay, Skotlandia, Cekoslovakia, Arab Saudi, Peru, Tibet, dan benua Antartika. Ia bahkan pernah ke Jakarta, saat transit dalam sebuah rencana perjalanan ke Australia dalam kisah Penerbangan 714.

Petualangan yang paling mendebarkan tentu saja ketika ia ke bulan dengan roket buatan Profesor Calculus dalam Penjelajahan di Bulan di tahun 1954. Patut dicatat: Tintin ke bulan 15 tahun sebelum Neil Amstrong, manusia pertama menjejakkan kakinya di sana.

Petualangan Tintin juga menghadirkan tokoh-tokoh dengan karakternya yang khas dan dikenang dunia. Snowy, anjing kecil yang begitu setia menemani sang wartawan ke mana pun, ke dasar laut, ke gurun, ke gunung, bahkan ke angkasa luar. Si kembar detektif kocak Thomson dan Thompson --dengan atau tanpa p-- yang bertemu Tintin dalam Cerutu Sang Pharaoh di tahun 1934. Kapten Haddock, pelaut miskin pemabuk yang kelak jadi pewaris harta karun atas bantuan Tintin dan Calculus. Ia bertemu Tintin dalam kisah Kepiting Bercapit Emas yang terbit di tahun 1941. Dan tentu saja, tokoh sahabat Tintin, Profesor Cuthbert Calculus, si jenius ahli fisika nuklir tapi pikun dan pekak yang ia kenal di tahun 1944 dalam seri Harta Karun Rackam Merah.

Tak dinyana, kendati saat menulis komiknya Herge sendiri tak pernah mendatangi negeri-negeri itu, Tintin ternyata amat disukai pembaca dunia. Komik yang pada mulanya terbit hitam putih dalam bahasa Prancis ini kemudian diterbitkan dalam 60 bahasa di dunia, termasuk Indonesia. Nama Tintin pun berubah bersama negara yang mendongengkannya. Di Islandia ia menjadi Tinni, di Jerman ia dikenal sebagai Tim, di Afrika ia diceritakan sebagai Kuife dan dalam bahasa Latin, Tintin dikenal sebagai Tintinus.

Petualangan Tintin berakhir dalam Tintin and the Alpha-Art (1986) -- petualangan ke-24 yang hanya berbentuk sketsa. Petualangan yang tak selesai, karena Herge, sang penulis meninggal dunia di tahun 1983. Belgia berkabung untuk laki-laki yang ditahbiskan sebagai Bapak Komik itu.

Herge berpulang, tapi wartawannya tetap hidup seperti 75 tahun silam. Seri petualangan Tintin telah terjual sebanyak lebih dari 200 juta kopi ke seluruh dunia, dan masih terjual dua juta kopi setiap tahunnya.

Kendati sekadar komik, Tintin juga tak luput dari berbagai pertanyaan. Michael Turner, penerjemah Tintin ke bahasa Inggris sejak 40 tahun silam, misalnya, termasuk yang agak penasaran karena Tintin hanya sekali muncul di Inggris, padahal dua detektif Thomson dan Thompson adalah polisi Scotland Yard. Suatu ketika, membaca nama Haddock yang berbau Inggris, ia bertanya kepada Herge: "Mengapa menggunakan nama Haddock?î Herge menjawab singkat: "Itu nama ikan Inggris yang amat peminum.î Dan Kapten Haddock dalam Tintin memang seorang tokoh pemabuk. Itulah sedikit di antara pertanyaan seputar Tintin yang terjawab oleh Herge.

Masih ada pertanyaan lain yang tak pernah terjawab dan kemudian terkubur bersama jazad Herge. Sebagian bernada iseng, misalnya: apakah Tintin seorang anggota Nazi, fasis Jerman itu? Pertanyaan yang muncul karena Herge tetap bekerja di koran Le Soir setelah Nazi mengambil alih koran itu di masa Perang Dunia II. Ada pula pertanyaan, apakah Tintin seorang kapitalis? Petualangan pertamanya adalah ke Sovyet dalam semangat yang berlawanan dengan kaum Bolshevik.

Pertanyaan yang paling menggelitik tentu saja: apakah Tintin seorang gay? Ia tak pernah punya pacar atau keluarga. Teman terdekatnya hanyalah Snowy dan Kapten Haddock.

Sebagai wartawan yang telah terlibat dalam pelbagai petualangan yang mendebarkan di pelbagai pelosok dunia, Tintin juga tak pernah terlihat menuliskan hasil liputannya. Mungkin di mata Herge, cerita tentang Tintin itulah laporan sang wartawan sendiri.

Lepas dari semua kisah yang tak terjawab tentangnya --termasuk tentang nama Tintin yang tak pernah jelas sebagai nama depan atau keluarga-- Tintin telah menghibur dunia selama 75 tahun. Ia tak pernah lelah, juga tak pernah menua.

Para penggemarnya di seluruh dunia merayakan ulang tahun sang tokoh dengan berbagai cara. Di bekas rumah kelahiran Herge di luar kota Brussel, pemerintah Belgia tengah membangun museum Tintin. Museum itu rencananya dibuka tahun 2007. Sebanyak 50.000 keping koin pecahan 10 Euro dengan gambar wajah Tintin dan Snowy di atasnya diterbitkan otoritas keuangan Eropa. Dan sutradara terkenal Hollywood, Steven Spielberg kini tengah merampungkan trilogi film Tintin.

Saya sendiri bukan pembaca Tintin yang baik. Di masa kecil di desa, saya hanya membaca beberapa seri petualangannya yang tersisa di perpustakaan sekolah. Tak seperti Karina, istri saya yang mengoleksi komik petualangan Tintin berikut pernak-pernik bergambar sang wartawan.

Toh, saya tak pernah melupakan jambulnya yang lucu, seperti model rambut saya saat duduk di bangku sekolah dasar. Model rambut yang dibentuk mendiang ayah saya dengan gunting cukurnya yang kerap macet dan menarik anak rambutku.

Setiap kali usai bercukur, saya akan memandang cermin dan tergelak membayangkan kepala saya seperti Tintin.

arungtasik@any-mail.co.uk

2 comments:

Movement Maker said...

halo mas salam kenal. tulisannya sgt bagus. boleh kita korespondensi via email?

arungtasik said...

Halo juga, dan salam kenal. Boleh aja, email saya di tomi.lebang@gmail.com