Monday, December 01, 2003

Ke Greenwich, Ke Awal Waktu

Akhir pekan, ke mana lagi gerangan? Ada yang termurah: Greenwich. Tinggal naik 202 menuju Blackheath, menyeberang lapangan rumput dan memasuki Greenwich Park sampai ke bukit, tempat Royal Observatory berdiri sejak tiga abad silam.

Orang Inggris menyebut tempat ini: the home of time. Greenwich memang tempat waktu bermula. Lokasinya di pebukitan, tepat di seberang Sungai Thames, sungai besar yang membelah kota London. Greenwich -- plesetan dari Grean Reach, karena sebagian besar kawasannya adalah padang rumput -- kini jadi salah satu bagian terpenting di kota ini.

Suasana Greenwich Mean Time (GMT) sudah terasa begitu memasuki kawasan ini. Di sebuah kelokan jalan di Romney Road, sebuah toko cindera mata memajang nama toko di singkap depannya: Nauticalia, Longitude 00 00' 24", The First Shop in The World.

Tampak bercanda, tapi sang pemilik bisa jadi orang pertama yang membuka pintu toko setiap pagi di awal hari, diukur dari waktu di garis meridian bumi. Toko ini menjual aneka replika jam, teropong, bola bumi, pedoman, juga gantungan kunci dengan cita rasa seni yang amat tinggi.

Garis meridian, garis khayal yang yang menghubungkan kutub utara dan selatan itu memang tepat melintas tak jauh dari toko ini, tak sampai satu kilometer. Melewati padang rumput Greenwich Park yang luas, jalan kecil di depan Toko Nauticalia menuju puncak sebuah bukit. Di sana, sebuah bangunan kuno menyerupai kapel berkubah empat, adalah bangunan yang dituju ribuan pengunjung sepanjang tahun: Royal Observatory Greenwich.

Berdiri masih seperti aslinya, gedung ini dibangun dengan biaya 500 pounds atas perintah Raja Charles II pada 10 Agustus 1675 sebagai rumah sekaligus observatorium bagi Astronom Kerajaan Inggris yang pertama, John Flumsteed (1646-1719). Karena itu pula, sampai kini, bangunan ini lebih dikenal sebagai Flumsteed House.

Ruangan-ruangan masih dibiarkan sediakala, seperti tiga abad silam, ketika sang astronom masih tinggal di situ. Peralatan masak, pendiangan, dipan dengan seprai dan duvet, juga seperangkat kursi peninggalan Flumsteed ini masih dipajang seakan-akan sang pemilik masih di situ. Dapur di lantai dasar, empat ruangan berpendiangan api di lantai tengah, dan ruang utama untuk mengamati angkasa di lantai atas: ruang oktagon. Ruang oktagon ini berada di puncak, dengan jendela memanjang yang disesuaikan bagi dudukan teleskop sederhana berbentuk kotak.

Sebuah ilustrasi seniman menggambarkan, betapa Flumsteed dan para astronom yang bertugas di bangunan ini mendedikasikan hidupnya hanya untuk memandang langit, mengukur jarak khayal antar-bintang dan menarik garis ke kaki cakrawala. Begitu setiap hari. Sepanjang hayat.

Dengan ketekunan seorang ilmuwan, selama 43 tahun tinggal di observatorium ini, Flumsteed hanya istirahat tatkala makan dan tidur beberapa jam setiap hari. Di luar itu adalah teleskop, notulensi dan percobaan tentang perangkat baru pengamatan angkasa. Ia bahkan baru menikah di usia 46 dan mengajak istrinya untuk tinggal di rumah itu.

Di akhir musim panas 1676, dengan peralatannya yang sederhana itu, Flumsteed memetakan langit yang akhirnya membuktikan bahwa bumi berputar pada poros yang sama sepanjang masa -- sebuah titik tolak bagi perjalanan panjang penetapan waktu standar di muka bumi. Dan itulah kesimpulannya yang terbesar.

Sepeninggal Flumsteed, astronom kerajaan yang menggantikannya di tempat ini di tahun 1720 adalah Sir Edmund Halley. Limabelas tahun sebelumnya, ia sudah terkenal dengan temuannya, sebuah komet yang bergerak dalam satu garis edar yang unik setiap 75 atau 76 tahun sekali. Komet itu, belakangan dikenal dengan komet Halley, terlihat dalam tahun-tahun 1531, 1607 dan 1682.

Di masa itu, orang-orang Eropa tengah berlomba menggapai tanah-tanah baru nun di timur dan selatan bumi. Di Inggris, penjelajahan samudera oleh pelaut-pelaut yang bahkan didukung oleh kerajaan, gencar sekali. Tapi, ya, tanpa pedoman pasti mengenai jarak dan waktu, para pelaut itu seperti meraba-raba samudera, berbekal penglihatan pada bintang, suhu lautan, dan tanda-tanda alam lainnya. Seberapa jauh dari negeri leluhur belum tercatat sama sekali.

Sang penemu longitudinal itu adalah John Harrison, putra seorang tukang kayu yang bekerja sebagai astronom di bawah Halley di observatorium Greenwich. Dalam waktu 27 tahun, Harrison membuat empat model jam -- yang memenangkan sayembara kerajaan, sekaligus mengukuhkan John Harrison sebagai penemu longitudinal. Empat jam buatan Harrison kini dipajang di salah satu sayap utama Flamsteed House.

Berkeliling dari ruangan ke ruangan di Flamsteed House, yang terlihat adalah jejak-jejak kerjasama yang apik antara para astronom dan seniman dari tiga abad silam. Bangunan yang kini lebih berfungsi sebagai museum ini menyimpan sedikitnya 7.000 item koleksi yang berkaitan dengan riwayat penatapan garis bujur bumi dan menentukan standar waktu yang berlaku di seluruh dunia.

Jam-jam antik berpendulum, jam pasir, teropong, bola bumi, juga kertas-kertas catatan penelitian, dibuat dengan cita-rasa estetika yang mengagumkan. Bayangkanlah sebuah bola bumi dari tembaga yang ditopang oleh tiang berbentuk tubuh lelaki kekar dalam pahatan yang teliti dan indah, serta relief indah pada alasnya. Atau piringan pada jam Harrison yang diukir dengan tangan pada tingkat ketelitian yang tinggi, juga huruf-huruf dalam kaligrafi Romawi yang eksotis.

Riwayat panjang pencarian longitudinal yang dilakukan di sini membuat Greenwich menerima kehormatan sebagai garis bujur 00 derajat 00' 00", tempat bertemunya garis bujur timur dan barat. Pada bulan Oktober 1884, dalam sebuah konferensi meridian internasional di Washington, Amerika Serikat, 41 utusan dari 25 negara sepakat menentukan Greenwich sebagai tolok ukur waktu dunia.

Garis bujur 00 derajat 00' 00" itu kini ditandai dengan dua lempeng baja yang membentuk garis di pekarangan dalam Flumsteed House. Di tengahnya, lampu-lampu kecil menyala di balik kaca. Pada ubin yang mengapit lempeng baja ini, tertera nama sejumlah kota dengan garis bujurnya masing-masing. Kota Jakarta tertulis tepat di bawah Nairobi, dengan garis bujur yang terpahat jelas: 106 derajat 45' E.

Selangkah dari situ, terdapat sebuah kotak sertifikat bagi mereka yang pernah menjejak garis ini. Pengunjung yang datang tinggal memasukkan uang koin 1 pound, dan kotak ini akan mengeluarkan selembar sertifikat bertanda waktu tepat di saat ia datang ke tempat itu dalam ketepatan sepersepuluh ribu detik waktu GMT. Sertifikat itu ditandatangani oleh Roy Clare, direktur museum.

Saya melewati garis itu tepat pada pukul 16:32:5410 tanggal 29 November 2003.

Sekitar lima meter di atas lempeng baja itu, dari sebuah kotak kecil di singkap depan Flumsteed House, selarik sinar laser warna biru tipis yang ditembakkan dari dalam, menggaris udara tepat di garis bujur bumi. Di malam hari, larik biru sinar laser ini akan terlihat dengan mata telanjang, seperti pisau yang menyayat malam, sampai 15 mil ke arah utara Flumsteed House.

Kini, Sir Martin Rees menjadi astronom kerajaan Inggris yang ke-15. Ia diangkat di tahun 1995, tapi tidak lagi harus tinggal di pebukitan di Greenwich itu. Kendati tidak lagi hiruk-pikuk seperti masa-masa pencarian garis bujur bumi, tiga abad silam itu, Royal Observatory tetap saja mengemban misi yang tidak kecil. Greenwich memiliki stasiun radio yang hanya menyiarkan tanda waktu yang sangat akurat yang mengudara selama 24 jam setiap hari, sepanjang masa.

Ketika timbul perselisihan antarilmuwan mengenai ambang milenium ketiga -- adakah terjadi di 1 Januari 2000 atau 1 Januari 2001 -- dari Greenwich keluar semacam "titah": awal millenium ketiga adalah 1 januari 2000.

Dan dunia pun berpesta, kembang-kembang api raksasa disulut di seluruh kota besar di seantero bumi.

.: tulisan ini, dengan sedikit penyesuaian, dimuat di Harian KOMPAS Minggu 25 Januari 2004 :.
arungtasik@any-mail.co.uk